Jumat, 10 Juni 2011

DAMPAK FOSITIF DAN NEGATIF PENGEMBANGAN AKUAKULTUR DAN PERTAMBANGAN TERHADAP PENGEMANGAN AKUAKULTUR


DAMPAK FOSITIF DAN NEGATIF PENGEMBANGAN AKUAKULTUR

Akuakultur dunia telah berkembang pesat selama beberapa dekade dan menjadi semakin penting mengingat peran Dampak fositif dan dampak negatifnya. Akuakultur terus berkembang sebagai sumber penyedia protein untuk populasi manusia di dunia yang telah melampaui angka 6 milliar. Produksi perikanan tangkap semakin mengalami tekanan dan cenderung menurun mengingat tingginya permintaan dari masyarakat terhadap ikan. Akuakultur menjadi solusi untuk mengurangi tekanan terhadap stok ikan di alam, namun beberapa isu mesti diwaspadai oleh masyarakat dunia mengingat beberapa praktek akuakultur, telah terbukti berdampak negatif terhadap sumberdaya ikan di alam. Ibalik pesatnya perkembangan akuakultur, terdapat isu penting yang perlu dibahas antara lain ‘Fish Meal Issue’ atau isu tepung ikan. Beberapa kegiatan akuakultur yang populer antara lain budidaya udang dan salmon merupakan contoh kegiatan akuakultur yang banyak membutuhkan tepung ikan dalam pakan dalam jumlah yang banyak. Darimana sumber tepung ikan ini? tiada lain hasil dari tangkapan ikan di alam. Produksi tepung ikan dunia yang saat ini digunakan oleh industri akuakultur telah mencapai 35% dan diperkirakan terus meningkat pengunaannya.
Pakan telah menjadi tantangan utama dalam akuakultur mengingat sumber protein dalam pakan saat ini masih bergantung pada tepung ikan. Untuk mengurangi tekanan terhadap sumberdaya ikan laut (sebagai sumber tepung ikan), perlu kiranya untuk kita pikirkan bersama alternatif sumber protein. Permasalahan lain adalah kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh akuakultur, salah satu bukti nyata adalah kerusakan mangrove. Lahan mangrove telah banyak yang dikonversi untuk tambak-tambak udang dan menimbulkan permasalahan menurunnya kualitas lingkungan. Walaupun akuakultur bukan satu-satunya penyebab rusaknya mangrove, namun perlu diwaspadai perkembangannya di masa depan. Mangrove perlu terus di pelihara keberadaannya mengingat perannya secara fisik (melindungi garis pantai terhadap ombak, erosi, badai) ataupun secara biologis (tempat memijah ikan, udang dll.). Walaupun jarang disadari namun mangrove pun berperan sangat penting dalam produksi perikanan tangkap.
Isu lain yang penting adalah polusi dari akuakultur. Akuakultur telah memproduksi limbah yang cukup banyak antara lain nutrien dan sampah organik dari sisa pakan maupun feces. Limbah lain adalah bahan-bahan kimia (antibiotik, desinfektan dll. yang digunakan usaha akuakultur). Situasi terkini memang banyak usaha budidaya yang telah mengurangi efluen dengan sistem resirkulasi atau manajemen pakan yang lebih baik. Pengunaan bahan-bahan kimia pun tidak sebanyak 10 tahun silam mengingat berkembangnya teknologi akuakultur. Penyakit ikan merupakan isu yang penting mengingat kompleksnya permasalahan penyakit. Penyakit atau pathogen ikan dapat berpindah dari ikan budidaya ke ikan di alam maupun sebaliknya. Pathogen pun kini menyebar dikarenakan translokasi ikan akibat akuakultur, perdagangan dsb. Penyakit ikan pun menjadi lebih berbahaya arena pengaruh obat-obatan.
Introduksi spesies ikan eksotik adalah bagian dari lingkaran permasalahan dalam bidang akuakultur karena spesies yang feral (kabur) ke perairan bisa saja menjadi masalah pelik dan mengganggu keseimbangan ekosistem. Pemanfaatan perairan danau/waduk untuk kegiatan budidaya ikan di KJA telah memberikan dampak positif yaitu terciptanya sumber pertumbuhan ekonomi yang dapat meningkatkan kesejahteraan dari pelaku usaha budidaya serta penduduk sekitar danau secara berkelanjutan. Sifat perairan danau yang masih dianggap sebagai common property (milik bersama) dan open access (sifat terbuka) menyebabkan pertumbuhan KJA di berbagai tempat berkembang sangat pesat dan cenderung tidak terkontrol dan tak terkendali. Maraknya keramba apung juga menghasilkan permasalahan tersendiri bagi lingkungan yaitu akan menghasilkan sejumlah limbah organik (terutama yang mengandung unsur nitrogen dan fosfor) yang besar akibat pemberian pakan yang tidak efektif dan efisien sehingga terjadi sisa pakan yang menumpuk di dasar perairan. Pada saat jumlahnya melampaui batas tertentu, limbah tersebut akan menyebabkan penurunan kualitas perairan yang pada akhirnya mempengaruhi hewan yang dipelihara. Sisa pakan dan metabolisme dari aktifitas pemeliharaan ikan dalam KJA serta limbah domestik yang berasal dari kegiatan pertanian maupun dari limbah rumah tangga menjadi penyebab utama menurunnya fungsi ekosistem danau yang berakhir pada terjadinya pencemaran danau, mulai dari eutrofikasi yang menyebabkan ledakan (blooming) fitoplankton dan gulma air seperti enceng gondok (Eichornia crassipes), upwelling dan lain-lain yang yang dapat mengakibatkan organisme perairan (terutama ikan-ikan budidaya) serta diakhiri dengan makin menebalnya lapisan anaerobik di badan air danau.